seruni,
setelah ribuan langkah bulan
tak sekalipun dari kita
saling melupakan,
tapi saat waktunya tiba
tak satupun dari kita
saling memberi harapan
seruni,
ketika aku bisikkan
“aku merindukanmu seruni”
ada debar yang terbakar
ada desir yang deras
dan tak berkeseduhan
seruni,
pahamilah sekarang
bukan dirimu yang selama ini kukejar
tapi hatimu yang berterbangan,
diatas genggaman bulan
atau disaku matahari
seruni,
pikirkanlah sekali lagi
kalau ingin mempertahankan “kita”
jangan lepaskan genggamanmu
dari mimpi yang kita rajut
lebih dari empat puluh musim
seruni ku seruni
katakan kepadaku besok bukan hari yang kita takutkan
hari dimana hanya suaramu dapat kudengar
hari dimana matamu tak dapat kupahami
hari dimana rindu
adalah sesuatu yang mudah dilupakan
oleh musim yang selau kita simpan
tepat dibawah bibirmu
sesuatu yang tak dapat kugapai
bukan langit Mars
atau bintang Andromeda
tapi senyummu,
yang entah apa artinya